Kamis, 17 November 2011

MAHBUB DJUNAEDI

MAHBUB DJUNAEDI


                  Bang Abo, demikian adik-adik dan teman-teman NU memanggilnya, lahir pada kamis, 22 Juli 1933 atau 3 Rabbiul Awal 1352 H di Jakarta dari pasangan Muhammad Djunaedi dan Muchsinawati, neneknya bernama Siti Hasanah seorang guru ngaji keliling dan kakeknya Abdul Azis bin Sai’an, guru ngajinya bernama Wan Aba, beliau adalah Pengagum Bung Karno tulen. Ayahnya adalah seorang alim dan juga pendidikan kultur belanda, sehingga Abu mendapat didikan agama yang kuat sekaligus berfikir moderat, dalam bahasa  Mahbub digambarkan ’bersiul bagai marsose, bersikap bagai kiyai”, ibunya seorang yang agak keindo-indoan, lugu dan bagai kertas putih yang siap ditulis apa saja untuk suaminya, menurut Mahbub jika menggambarkan ibunya. Dalam berbagai kesempatan ia lebih enjoy disebut sebagai orang Indonesia ketimbang Betawi, meski begitu dari hatinya yang jujur tetap saja marwah Kebetawian muncul sontak diminta ketika orang-orang membahas tentang kebudayaan betawi, ketika ada seminar tentang Betawi disebuah kampus di Jakarta, dia sempat terbengong-bengong membaca salah satu tulisan nara sumber berbicara tentang Betawi yang menurut ditarik terlalu jauh dari subtansi betawi yang musti disuarakan, sehingga ia sempatkan menulis tentang apa itu Betawi menurut pemikirannya yang sederhana, katanya; 

Betawi adalah …..Betawi…. Ia berdiam di jakarta dan seputarnya. Ia orang kebanyakan. Ia bukan berasal dari dasar laut atau pucuk gunung. Ia punya satu kepala dan dua kaki. Ia termasuk kesatuan etnis Melayu. Ia bersih dari feodalisme. Ia tak merasa lebih, juga tak merasa kurang. Ia demokratis dan terbuka. Ia merasa berasal dari kaum Betawi pimpinan Husni Thamrin. Ia merasa pendukung Bung Karno ketika rapat IKADA tanggal 15 September 1945. Ia republican tulen. Dalam banyak hal mereka merasa tergusur dan kececeran dalam persaingan metropolitan. Dalam banyak hal tidak cerewet walau pemerintah daerahnya dipegang orang kampung lain”.

Tulisan khasnya yang sederhana dan mudah dicerna ini dengan tegas bicara apa itu Betawi. Yaitu orang melayu, bersikap terbuka, para pengikut MH.Thamrin dan pendukung NKRI. Karakternya yang kuat membuat ia hidup bersahaja, meskipun dikenal banyak orang karena kecerdasan dan pemikiran kritisnya ia tetap jujur ’saya bukan sarjana,  asli ataupun palsu” katanya polos, padahal ia adalah wartawan dan penerjemah yang handal, diantara buku best seler yang diterjemahkannya adalah ”100 tokoh berpengaruh di dunia karya Michaill Heart” yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya.
Selian Gus Dur, Mahbub Junaedi adalah salah satu tokoh NU ynag nyentrik, ia kritis tetapi tetap kocak, hal ini sebagai ciri khas anak Betawi.

-Azis Khafia-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar